BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Keluarga
pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan sifat masing-masing dari
anggotanya, terutama pada anak-anak yang masih berada dalam bimbingan dan
tanggung jawab orang tuanya. Sehingga orang tua merupakan dasar pertama dalam
pembentukan pribadi anak.
Orang
tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan
pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan
dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari.
Apabila
cara orang tua mendidik anaknya di rumah dengan baik, maka di sekolah atau di
lingkungan masyarakat anak itupun akan berperilaku baik pula. Tapi sebaliknya
apabila cara orang tua mendidik anaknya dirumah dengan kurang baik seperti
lebih banyak santai, bermain, dimanjakan, maka di sekolah atau di lingkungan
masyarakat yang kondisinya berbeda dengan lingkungan di keluarganya maka anak
tersebut akan menjadi pemberontak, nakal, kurang sopan dan malas.
Masalah
dalam perekonomian keluarga pun sangat mempengaruhi pola asuh orang tua
terhadap pembentukan kepribadian anak. Pembentukan kepribadian anak akan
tertanggu apabila keluarganya mengalami masalah ekonomi yang cukup berat dan
disini diperlukan pola asuh orang tua yang benar supaya anak bisa membentuk
kepribadiannya dengan baik.
Mendidik
anak dengan baik dan benar berarti menumbuhkembangkan totalitas potensi anak
secara wajar. Potensi jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar
melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan
pengembangannya secara wajar melalui usaha pembinaan intelektual, perasaan dan
budi pekerti. Upaya- upaya tersebut dapat terwujud apabila di dukung dengan
pola pengasuhan orang tua yang tepat.
Tetapi saat ini banyak orang tua menititpkan anak-anaknya ke TPA (Tempat
penitipan Anak) atau babysister karena alasan bekerja. Dengan cara itu sudah
jelas pola asuh orang tua kepada ank-anaknya tidak akan efektif.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membatasi pokok bahasan dalam
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
2.1 Apa Pola Asuh Itu ?
2.2 Apa Saja Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua?
2.3 Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh?
2.4 Bagaimanakah Pengaruh Pola
Asuh Dan Latarbelakang Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak?
2.5 Bagaimanakah Pola Asuh yang Ideal Dan Efektif?
3.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
permasalahan diatas, pembuatan makalah ini bertujuan untuk, mendeskripsikan apa
itu pola asuh orang tua, apa saja macam-macam pola asuh orang tua, apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhinya, bagaimanakah pola asuh dan latar belakang
orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak dan bagaimana pola asub yang
ideal dan efektif.
4.
Prosedur
Pemecahan Masalah
Pada prosedur pemecahan masalah
digunakan tekhnik pengumpulan data study kepustakaan yang merupakan pengkajian
literatur yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Maka dalam tekhnik
pengumpulan data ini dibutuhkan penguasaan teori, prinsip, konsep dan hukum-hukum
yang berhubungan dengan kajian diatas.
5.
Sistematika
Penulisan
Makalah
ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut
:
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Bab
I Pendahuluan
1.
Latar belakang
2.
Rumusan masalah
3.
Tujuan Penulisan
4.
Prosedur Pemecahan
Masalah
5.
Sistematika
Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Apa Pola Asuh Itu??
Pola
asuh merupakan tata cara orang tua dalam mendidik anak dan membesarkan anak yang
dipengaruhi oleh banyak faktor. Pola asuh yang diterapkan akan mempengaruhi
perilaku dan pola tumbuh kembang anak. Keluarga merupakan kelompok sosial yang
pertama dimana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan
perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Orang tua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.
[1]Darling
mendefinisikan pengasuhan orang tua adalah aktivitas komplek termasuk banyak
perilaku spesifik yang dikerjakan secara individu dan bersama- sama untuk
mempengaruhi pembentukan karakter anak. [2]Berk mendefinisikan
pola asuh orang tua adalah daya upaya orang tau dalam memainkan
aturan secara luas di dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Dalam mengasuh anaknya, orang tua cenderung
menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan
sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk- bentuk perilaku sosial
tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan
orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang
tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
2.2
Macam-macam Pola Asuh Orang tua
Menurut Baumrind (1967), pola
asuh dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
a) Pola asuh secara demokratis
Pola
asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam
mengendalikan anak. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran- pemikiran. Orang tua type ini
juga bersifat realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas
kemampuan anak. Orang tua type ini juga memberikan kebebasan pada anak, dalam
memlih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya terhadap anak bersifat
hangat.
b) Pola Asuh Otoriter
Cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi
dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalu tidak mau makan, maka anak tidak akan
diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, dan
menghukum apabila sang anak tidak mau melakukan apa yang diinginkan oleh orang
tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dalam berkomunikasi
biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik
dari anaknya untuk mengerti dan mengenal anaknya.
c) Pola Asuh Permisif
Pola
asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar,
memberikan kesempatan pada anaknya untuk melaakukn sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
olaeh mereka. Namun orang tu tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga
seringkali disukai oleh anak.
d) Pola Asuh Penelantar
Pola asuh
tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak dignakan untuk keperluan pribadi mereka
seperti bekerja. Dan kadangkala aamereka terlalu menghemat biaya untuk
anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah termasuk dalam kategori ini,
mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secar fisik dan psikis. Ibu
yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada
anak-anaknya.
Indikator
dari pola asuh orang tua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)
Pola asuh permissif, antara lain mempunyai indikator :
·
Memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang
tua
·
Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial
baik
·
Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan
·
Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari
·
Orang tua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.
b)
Pola asuh otoriter, antara lain mempunyai indikator :
·
Orang tua menerapkan peraturan yang ketat
·
Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
·
Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak
·
Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal)
·
Orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian
c)
Pola asuh demokratis, antara lain mempunyai indikator :
·
Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat
·
Hukuman diberikan akibat perilaku salah
·
Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar
·
Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak
·
Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak
sesuai
·
Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
¦ Budaya
Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa
bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka
menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka.
¦ Pendidikan
Orang Tua
Orang tua yang memiliki pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak,
maka akan mengerti kebutuhan anak.
¦ Status Sosial
Ekonomi
Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permisif
dalam mengasuh anak.[3]
2.4 Pengaruh
Pola Asuh Dan Latarbelakang Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Umumnya,
pilihan utama bila kedua orangtua bekerja di luar rumah adalah dengan
menitipkan anak pada kakek dan nenek atau kerabat yang terdekat. Atau bila
memiliki keuangan lebih, akan menyewa jasa babysitter atau menitipkannya di
tempat penitipan anak. Tapi, tentu saja, setiap pilihan memiliki resiko dan
kita tetap harus bertanggungjawab.
Menitipkan
anak pada nenek atau kerabat bukan berarti tidak memiliki resiko. Memang, kita
akan cenderung lebih nyaman dan tenang karena anak diasuh oleh orangtua atau
saudara sendiri. Tapi, tetap saja ada konsekuensinya. Pola asuh kakek nenek
yang cenderung memanjakan anak bisa berakibat buruk pada perkembangan
kepribadiannya. Mengapa? Karena umumnya, posisi kakek dan nenek bagi cucunya
adalah sebagai “penggembira” dimana mereka akan senang bila cucunya senang.
Terlebih karena faktor usia yang juga sudah lelah mengurus anak, kakek nenek
akan cenderung memberikan pembebasan bagi anak. Sedikit sekali kakek dan nenek
yang masih mempertahankan pola asuh yang tepat untuk cucu-cucunya. Resiko
umumnya, anak-anak menjadi manja dan lebih egois.
Sedangkan
menitipkan anak pada babysitter atau tempat penitipan anak juga memiliki resiko
lain yang -sering kali- lebih buruk. Misalnya saja, babysitter yang kurang
bertanggungjawab, tidak telaten, tidak sabaran, atau sering membentak-bentak
anak saat tak ada orangtuanya di rumah. Di jaman sekarang ini, sangat sulit
menemukan babysitter yang benar-benar bisa mengasuh anak-anak dengan baik.
Terlalu muda, biasanya cenderung tidak telaten
dan diam-diam membawa pacar ke rumah. Terlalu tua, biasanya cenderung cerewet
dan terlalu mengatur sehingga sulit diarahkan untuk mengasuh dengan pola
asuh kita. Penitipan anak? Kalau bisa mencari tempat penitipan yang benar-benar
didukung dengan para pengasuh yang kompeten tentu baik. Tapi, apa bisa semua
begitu?
Idealnya,
pengasuhan anak memang merupakan tanggungjawab ibu pada khususnya dan orangtua
pada umumnya. Karena sebagai orangtua, kita punya metode sendiri, kita punya
idealisme sendiri dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Dan yang terpenting
adalah bahwa setiap anak selalu ingin ibunya yang mengasuh dan mendidik mereka.
Ikatan
antara ibu dan anak telah terbentuk sejak dalam kandungan, kemudian diperkuat
dengan pemberian ASI, kasih sayang, dan kehangatan cinta seorang ibu. Meski
tidak menutup kemungkinan seorang ibu pun juga manusia biasa yang bisa lupa dan
salah. Tak jarang ibu juga memiliki sifat-sifat yang kurang baik, terlampau
cuek, dan tidak peka pendidikan anak.
Karena
itulah, pada dasarnya semua kembali kepada masing-masing dari kita. Jika kita
memilih untuk berkarir di rumah, maka kita pun harus belajar untuk memperbaiki
diri, agar sifat dan sikap buruk yang ada pada diri kita jangan sampai dicontoh
oleh anak-anak. Kita harus membekali diri kita dengan ilmu, mau belajar terus,
dan mau bersabar dalam mengasuh dan mendidik anak. Itu jika kita peduli bahwa
sebaik-baik pengasuhan dan pendidikan anak adalah ibunya, ibu yang baik pada
khususnya.
Namun
bila kita memilih untuk tetap berkarir di luar, silakan saja, tapi tetaplah
tegar dalam menghadapi konsekuensinya. Bertanggungjawab pada anak bukan hanya
memberinya segala benda atau harta yang berlimpah. Namun, peduli untuk
memperhatikan pendidikan yg terbaik, peduli untuk menyediakan waktu khusus
untuknya setiap hari, peduli untuk mau memberinya perhatian di sela waktu
bekerja, peduli untuk mau mendengarkannya saat ia ingin bersama. Orang lain
hanya melihat dari luar saja, menilai sebatas apa yang nampak dari sudut
pandang pribadi. Tapi, Andalah yang paling mengenal diri Anda.
Jika
menjadi sebuah keharusan bagi Anda untuk meninggalkan anak bersama dengan
pengasuhnya, maka hal yang harus dilakuakan :
Pertama
yang harus Anda lakukan adalah mencari pengasuh yang tepat dan mengkondisikan
agar pengasuh tersebut betah bekerja bersama Anda.
Kedua,
sejajarkan pola asuh, ungkapkan bahwa beginilah Anda ingin anak Anda diasuh,
kemudian berikan kepercayaan.
Ketiga,
luangkan waktu khusus setiap harinya untuk bersama anak-anak Anda, agar mereka
tidak merasa kehilangan Anda, atau merasa tidak dicintai oleh Anda. Berikan
waktu yang berkualitas untuknya.
Keempat,
jangan pernah melimpahkan kesalahan sepenuhnya pada pengasuh atau sekolah
tempatnya dititipkan. Tapi, bekerjasamalah dengan bijak.
Setiap
anak memang seharusnya diasuh dan dididik oleh ibu kandungnya sendiri. Tapi,
anak yang diasuh oleh ibu angkat, ibu tiri, babysitter, nenek, ataupun kerabat
lain juga memiliki peluang yang sama untuk pendapatkan pengasuhan dengan cinta.
Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing pengasuh dan pendidik tersebut.
Beberapa pengaruh pola
asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak :
f Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak.
Kenyataan yang terjadi pada masa
sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena
keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi
orang tua dengan anaknya. Sehingga anak kurang mendapatkan perhatian, kasih
saying yang menyebabkan anak bersifat manja. Kurangnya perhatiaan dari orang
tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan
sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka dirumah.
Sedangkan orang
tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan anak dan
pekerjaan rumah lainnya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang
mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu
dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak bekerja
sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk bersikap
mandiri.
f Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak
Latar belakang pendidikan orang tua
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua
yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan
segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Mereka
umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan
orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan
kepribadian yang baik bagi anak, seperti mengajarkan sopan santun, baik dalam
berbicara ataupun dalam hal lain.
Berbeda dengan
orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam
pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan
anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui
tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa
anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara
mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola
asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang
baik.
f Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi Menengah Keatas dan Menengah Kebawah
Orang tua yang tingkat perekonominnya
menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anaknya.
Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak
dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak
sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan kasih sayang orang
tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak. Anak yang terbiasa
dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian yang
manja, serta menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan anak
akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang menghormati
orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan pada
orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara pengasuhannya
memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua
hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak.
Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan. Anak yang hidup
dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala kekurangan
yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri,
mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi
suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.
2.5 Pola Asuh yang Efektif dan Ideal
Pola asuh yang Efektif
1.
Pola Asuh Harus Dinamis
Kenapa?
Karena pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak batita tentu berbeda dari
pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya, kemampuan berpikir batita kan
masih sederhana, jadi pola asuh harus disertai komunikasi yang tidak
bertele-tele dengan bahasa yang mudah dimengerti.
2.
Pola Asuh Harus Sesuai Dengan Kebutuhan Dan Kemampuan Anak
Ini perlu
dilakukan karena setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Shanti
memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat.
Umpamanya, kala si kecil mendengarkan alunan musik, dia kok tampak lebih
tertarik ketimbang anak seusianya. Bisa jadi, ia memang memiliki potensi
kecerdasan musikal. Nah, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak,
maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi. Selain pemenuhan kebutuhan fisik,
orang tua pun mesti memenuhi kebutuhan psikis anak. Sentuhan-sentuhan fisik
seperti merangkul, mencium pipi, mendekap dengan penuh kasih sayang, akan
membuat anak bahagia sehingga dapat membuat pribadinya berkembang dengan
matang.
3.
Ayah-Ibu Mesti Kompak
Ayah dan ibu
sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua
sebaiknya "berkompromi" dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan
tidak. Jangan sampai orang tua saling bersebrangan karena hanya akan membuat
anak bingung.
4.
Pola Asuh Mesti Disertai Perilaku Positif Dari Orang Tua
Penerapan
pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa
dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan
disertai penjelasan yang mudah dipahami. Kelak diharapkan anak bisa menjadi
manusia yang memiliki aturan dan norma yang baik, berbakti dan menjadi panutan
bagi temannya dan orang lain.
5.
Komunikasi Efektif
Bisa
dikatakan komunikasi efektif merupakan sub-bagian dari pola asuh efektif.
Syarat untuk berkomunikasi efektif sederhana kok, yaitu luang waktu untuk
berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan
meremehkan pendapat anak. Bukalah selalu lahan diskusi tentang berbagai hal
yang ingin diketahui anak. Jangan menganggap usianya yang masih belia
membuatnya jadi tak tahu apa-apa. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat
memberikan saran, masukan, atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga
anak lebih terarah dan dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal.
6.
Disiplin
Penerapan
disiplin juga menjadi bagian pola asuh. Mulailah dari hal-hal kecil dan
sederhana. Misalnya, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah atau menyimpan
sesuatu pada tempatnya dengan rapi. Lantaran itu, anak pun perlu diajarkan
membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola
kegiatannya. Namun, penerapan disiplin mesti fleksibel dan disesuaikan dengan
kebutuhan/kondisi anak. Anak dengan kondisi lelah, umpamanya, jangan lantas
diminta mengerjakan tugas sekolah hanya karena saat itu merupakan waktunya
untuk belajar.
7.
Orang tua Konsisten
Orang tua
juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tak boleh minum air
dingin kalau sedang terserang batuk. Tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya
boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu. Yang
penting setiap aturan mesti disertai penjelasan yang bisa dipahami anak, kenapa
ini tak boleh, kenapa itu boleh. Lama-lama, anak akan mengerti atau terbiasa
mana yang boleh dan tidak. Orang tua juga sebaiknya konsisten. Jangan sampai
lain kata dengan perbuatan. Misalnya, ayah atau ibu malah minum air dingin saat
sakit batuk.
Pola
asuh Ideal
1.
Lingkungan keluarga.
Lingkungan
keluarga yang harmonis, hangat dan penuh kasih sayang akan mempengaruhi pola
asuh di dalam mendidik anak. Anak yang hidup di dalam keluarga harmonis akan
tumbuh menjadi anak dengan kepribadian mandiri, memiliki empati, kasih sayang
dan saling menghargai.
2.
Ekonomi
Faktor
ekonomi yang mapan akan mempengaruhi emosi orang tua dalam mendidik anak.
Ekonomi yang mapan akan membuat orang tua dapat berkonsentrasi membimbing dan
mengasuh anak-anaknya dengan baik. Ekonomi yang kurang mapan menuntut orang tua
untuk bekerja lebih keras agar kebutuhan keluarga terpenuhi sehingga sering
mengabaikan kebutuhan perkembangan anak.
3.
Pendidikan.
Pendidikan
yang diperoleh orang tua dapat mempengaruhi pemilihan pola asuh untuk mendidik
anak-anaknya. Umumnya, orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberi
pendidikan terbaik untuk anaknya melalui jalinan komunikasi yang baik serta
mengerti akan kemampuan anak.
4.
Lingkungan di luar keluarga.
Lingkungan
yang ada di sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi penerapan pola asuh anak.
Orang tua dapat mengikuti pola asuh yang hangat atau demokratis apabila melihat
keluarga yang menerapkan pola asuh demokratis memiliki anka dengan kepribadian
yang baik
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak
belajar dari kehidupan lingkungannya.
Jika anak dibesarkan
dengan celaan,
ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik
perlakuan,
ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan[4]
BAB III
KESIMPULAN
Pola
asuh orangtua itu berjangka tak terbatas, bersifat konsisten dari waktu ke
waktu. Pola asuh anak berpengaruh sekali terhadap pembentukan kepribadian anak.
Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak, seorang anak akan
meniru perilaku dari orangtuanya baik itu bersifat baik ataupun kurang baik.
Hal itulah yang nanti akan dibawa anak sampai tua.
Dalam mengasuh anaknya, orang tua cenderung
menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan
sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk- bentuk perilaku sosial
tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan
orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang
tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
made21indra.wordpress.com/2014/01/11/pengaruh-pola-asuh-orang-tua-terhadap-prilaku-anak/ (20 April 2014)
pangeranrajawawo.blogspot.com/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html (20 April 2014)
slideshare.net/rismawijayanti/pengaruh-pola-asuh-orang-tua-terhadap-pembentukan-kepribadian-anak-6661813 (20 April 2014)
buletinsehat.com/fenomena-pola-asuh-orang-tua (20 April 2014)
www.rumahbunda.com/parenting/dilema-ibu-bekerja/ (20 April 2014)
jasminelulu.wordpress.com/makalah/ (20 April 2014)
mynameisadams.wordpress.com/2013/02/25/dorothy-law-nolte-anak-belajar-dari-kehidupan/ (20 April 2014)
Tolong anda jelskan bagaimana pola pengasuhan yang baik pada anak usia dini saat ini, sebagaimana kita ketahui bahwa kemajuan teknologi telah merubah pola pikir dan pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya..
BalasHapus