Rabu, 23 April 2014

ips


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan sifat masing-masing dari anggotanya, terutama pada anak-anak yang masih berada dalam bimbingan dan tanggung jawab orang tuanya. Sehingga orang tua merupakan dasar pertama dalam pembentukan pribadi anak.
Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari.
Apabila cara orang tua mendidik anaknya di rumah dengan baik, maka di sekolah atau di lingkungan masyarakat anak itupun akan berperilaku baik pula. Tapi sebaliknya apabila cara orang tua mendidik anaknya dirumah dengan kurang baik seperti lebih banyak santai, bermain, dimanjakan, maka di sekolah atau di lingkungan masyarakat yang kondisinya berbeda dengan lingkungan di keluarganya maka anak tersebut akan menjadi pemberontak, nakal, kurang sopan dan malas.
Masalah dalam perekonomian keluarga pun sangat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak. Pembentukan kepribadian anak akan tertanggu apabila keluarganya mengalami masalah ekonomi yang cukup berat dan disini diperlukan pola asuh orang tua yang benar supaya anak bisa membentuk kepribadiannya dengan baik.
Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuhkembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan pengembangannya secara wajar melalui usaha pembinaan intelektual, perasaan dan budi pekerti. Upaya- upaya tersebut dapat terwujud apabila di dukung dengan pola pengasuhan orang tua yang tepat.
Tetapi saat ini banyak orang tua menititpkan anak-anaknya ke TPA (Tempat penitipan Anak) atau babysister karena alasan bekerja. Dengan cara itu sudah jelas pola asuh orang tua kepada ank-anaknya tidak akan efektif.



2.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
2.1  Apa Pola Asuh Itu ?
2.2  Apa Saja Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua?
2.3  Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh?
2.4  Bagaimanakah Pengaruh Pola Asuh Dan Latarbelakang Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak?
2.5  Bagaimanakah Pola Asuh yang Ideal Dan Efektif?

3.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas, pembuatan makalah ini bertujuan untuk, mendeskripsikan apa itu pola asuh orang tua, apa saja macam-macam pola asuh orang tua, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya, bagaimanakah pola asuh dan latar belakang orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak dan bagaimana pola asub yang ideal dan efektif.

4.    Prosedur Pemecahan Masalah
Pada prosedur pemecahan masalah digunakan tekhnik pengumpulan data study kepustakaan yang merupakan pengkajian literatur yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Maka dalam tekhnik pengumpulan data ini dibutuhkan penguasaan teori, prinsip, konsep dan hukum-hukum yang berhubungan dengan kajian diatas.

5.    Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut          :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.      Latar belakang
2.      Rumusan masalah
3.      Tujuan Penulisan
4.      Prosedur Pemecahan Masalah
5.      Sistematika Penulisan
      Bab II Pembahasan
      Bab III Kesimpulan
      Daftar Pustaka









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apa Pola Asuh Itu??
Pola asuh merupakan tata cara orang tua dalam mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Pola asuh yang diterapkan akan mempengaruhi perilaku dan pola tumbuh kembang anak. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
[1]Darling mendefinisikan pengasuhan orang tua adalah aktivitas komplek termasuk banyak perilaku spesifik yang dikerjakan secara individu dan bersama- sama untuk mempengaruhi pembentukan karakter anak. [2]Berk mendefinisikan pola asuh orang tua adalah daya upaya orang tau dalam memainkan aturan secara luas di dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Dalam mengasuh anaknya, orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk- bentuk perilaku sosial tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
2.2 Macam-macam Pola Asuh Orang tua
Menurut Baumrind (1967), pola asuh dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
a)    Pola asuh secara demokratis
            Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan anak. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran- pemikiran. Orang tua type ini juga bersifat realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas kemampuan anak. Orang tua type ini juga memberikan kebebasan pada anak, dalam memlih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya terhadap anak bersifat hangat.

b)    Pola Asuh Otoriter
            Cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalu tidak mau makan, maka anak tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum apabila sang anak tidak mau melakukan apa yang diinginkan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan mengenal anaknya.
c)    Pola Asuh Permisif
            Pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melaakukn sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan olaeh mereka. Namun orang tu tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.
d)    Pola Asuh Penelantar
            Pola asuh tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak dignakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala aamereka terlalu menghemat biaya untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah termasuk dalam kategori ini, mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secar fisik dan psikis. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada anak-anaknya.

Indikator dari pola asuh orang tua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)      Pola asuh permissif, antara lain mempunyai indikator :
·         Memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua
·         Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik
·         Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan
·         Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari
·         Orang tua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.

b)      Pola asuh otoriter, antara lain mempunyai indikator :
·         Orang tua menerapkan peraturan yang ketat
·         Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
·         Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak
·         Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal)
·         Orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian


c)      Pola asuh demokratis, antara lain mempunyai indikator :
·         Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat
·         Hukuman diberikan akibat perilaku salah
·         Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar
·         Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak
·         Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai
·         Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
¦    Budaya
Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa orang tua mereka  berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka.
¦    Pendidikan Orang Tua 
Orang tua yang memiliki  pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak, maka akan mengerti kebutuhan anak.


¦    Status Sosial Ekonomi
Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permisif dalam  mengasuh anak.[3]

2.4 Pengaruh Pola Asuh Dan Latarbelakang Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Umumnya, pilihan utama bila kedua orangtua bekerja di luar rumah adalah dengan menitipkan anak pada kakek dan nenek atau kerabat yang terdekat. Atau bila memiliki keuangan lebih, akan menyewa jasa babysitter atau menitipkannya di tempat penitipan anak. Tapi, tentu saja, setiap pilihan memiliki resiko dan kita tetap harus bertanggungjawab.
Menitipkan anak pada nenek atau kerabat bukan berarti tidak memiliki resiko. Memang, kita akan cenderung lebih nyaman dan tenang karena anak diasuh oleh orangtua atau saudara sendiri. Tapi, tetap saja ada konsekuensinya. Pola asuh kakek nenek yang cenderung memanjakan anak bisa berakibat buruk pada perkembangan kepribadiannya. Mengapa? Karena umumnya, posisi kakek dan nenek bagi cucunya adalah sebagai “penggembira” dimana mereka akan senang bila cucunya senang. Terlebih karena faktor usia yang juga sudah lelah mengurus anak, kakek nenek akan cenderung memberikan pembebasan bagi anak. Sedikit sekali kakek dan nenek yang masih mempertahankan pola asuh yang tepat untuk cucu-cucunya. Resiko umumnya, anak-anak menjadi manja dan lebih egois.
Sedangkan menitipkan anak pada babysitter atau tempat penitipan anak juga memiliki resiko lain yang -sering kali- lebih buruk. Misalnya saja, babysitter yang kurang bertanggungjawab, tidak telaten, tidak sabaran, atau sering membentak-bentak anak saat tak ada orangtuanya di rumah. Di jaman sekarang ini, sangat sulit menemukan babysitter yang benar-benar bisa mengasuh anak-anak dengan baik.
 Terlalu muda, biasanya cenderung tidak telaten dan diam-diam membawa pacar ke rumah. Terlalu tua, biasanya cenderung cerewet dan terlalu mengatur sehingga sulit diarahkan untuk mengasuh dengan  pola asuh kita. Penitipan anak? Kalau bisa mencari tempat penitipan yang benar-benar didukung dengan para pengasuh yang kompeten tentu baik. Tapi, apa bisa semua begitu?
Idealnya, pengasuhan anak memang merupakan tanggungjawab ibu pada khususnya dan orangtua pada umumnya. Karena sebagai orangtua, kita punya metode sendiri, kita punya idealisme sendiri dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Dan yang terpenting adalah bahwa setiap anak selalu ingin ibunya yang mengasuh dan mendidik mereka.
Ikatan antara ibu dan anak telah terbentuk sejak dalam kandungan, kemudian diperkuat dengan pemberian ASI, kasih sayang, dan kehangatan cinta seorang ibu. Meski tidak menutup kemungkinan seorang ibu pun juga manusia biasa yang bisa lupa dan salah. Tak jarang ibu juga memiliki sifat-sifat yang kurang baik, terlampau cuek, dan tidak peka pendidikan anak.
Karena itulah, pada dasarnya semua kembali kepada masing-masing dari kita. Jika kita memilih untuk berkarir di rumah, maka kita pun harus belajar untuk memperbaiki diri, agar sifat dan sikap buruk yang ada pada diri kita jangan sampai dicontoh oleh anak-anak. Kita harus membekali diri kita dengan ilmu, mau belajar terus, dan mau bersabar dalam mengasuh dan mendidik anak. Itu jika kita peduli bahwa sebaik-baik pengasuhan dan pendidikan anak adalah ibunya, ibu yang baik pada khususnya.
Namun bila kita memilih untuk tetap berkarir di luar, silakan saja, tapi tetaplah tegar dalam menghadapi konsekuensinya. Bertanggungjawab pada anak bukan hanya memberinya segala benda atau harta yang berlimpah. Namun, peduli untuk memperhatikan pendidikan yg terbaik, peduli untuk menyediakan waktu khusus untuknya setiap hari, peduli untuk mau memberinya perhatian di sela waktu bekerja, peduli untuk mau mendengarkannya saat ia ingin bersama. Orang lain hanya melihat dari luar saja, menilai sebatas apa yang nampak dari sudut pandang pribadi. Tapi, Andalah yang paling mengenal diri Anda.
Jika menjadi sebuah keharusan bagi Anda untuk meninggalkan anak bersama dengan pengasuhnya, maka hal yang harus dilakuakan :
Pertama yang harus Anda lakukan adalah mencari pengasuh yang tepat dan mengkondisikan agar pengasuh tersebut betah bekerja bersama Anda.
Kedua, sejajarkan pola asuh, ungkapkan bahwa beginilah Anda ingin anak Anda diasuh, kemudian berikan kepercayaan.
Ketiga, luangkan waktu khusus setiap harinya untuk bersama anak-anak Anda, agar mereka tidak merasa kehilangan Anda, atau merasa tidak dicintai oleh Anda. Berikan waktu yang berkualitas untuknya.
Keempat, jangan pernah melimpahkan kesalahan sepenuhnya pada pengasuh atau sekolah tempatnya dititipkan. Tapi, bekerjasamalah dengan bijak.
Setiap anak memang seharusnya diasuh dan dididik oleh ibu kandungnya sendiri. Tapi, anak yang diasuh oleh ibu angkat, ibu tiri, babysitter, nenek, ataupun kerabat lain juga memiliki peluang yang sama untuk pendapatkan pengasuhan dengan cinta. Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing pengasuh dan pendidik tersebut.
Beberapa pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak :
f      Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja terhadap Pembentukan Kepribadian Anak.
Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Sehingga anak kurang mendapatkan perhatian, kasih saying yang menyebabkan anak bersifat manja. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka dirumah.
Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri.
f      Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Mereka umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak, seperti mengajarkan sopan santun, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain.
Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik.
f      Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi Menengah Keatas dan Menengah Kebawah
Orang tua yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak. Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian yang manja, serta menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak. Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan. Anak yang hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.

2.5    Pola Asuh yang Efektif dan Ideal
Pola asuh yang Efektif
1.    Pola Asuh Harus Dinamis
Kenapa? Karena pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak batita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya, kemampuan berpikir batita kan masih sederhana, jadi pola asuh harus disertai komunikasi yang tidak bertele-tele dengan bahasa yang mudah dimengerti.

2.    Pola Asuh Harus Sesuai Dengan Kebutuhan Dan Kemampuan Anak
Ini perlu dilakukan karena setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat. Umpamanya, kala si kecil mendengarkan alunan musik, dia kok tampak lebih tertarik ketimbang anak seusianya. Bisa jadi, ia memang memiliki potensi kecerdasan musikal. Nah, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi. Selain pemenuhan kebutuhan fisik, orang tua pun mesti memenuhi kebutuhan psikis anak. Sentuhan-sentuhan fisik seperti merangkul, mencium pipi, mendekap dengan penuh kasih sayang, akan membuat anak bahagia sehingga dapat membuat pribadinya berkembang dengan matang.

3.    Ayah-Ibu Mesti Kompak
Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya "berkompromi" dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak. Jangan sampai orang tua saling bersebrangan karena hanya akan membuat anak bingung.

4.    Pola Asuh Mesti Disertai Perilaku Positif Dari Orang Tua
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami. Kelak diharapkan anak bisa menjadi manusia yang memiliki aturan dan norma yang baik, berbakti dan menjadi panutan bagi temannya dan orang lain.

5.    Komunikasi Efektif
Bisa dikatakan komunikasi efektif merupakan sub-bagian dari pola asuh efektif. Syarat untuk berkomunikasi efektif sederhana kok, yaitu luang waktu untuk berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak. Bukalah selalu lahan diskusi tentang berbagai hal yang ingin diketahui anak. Jangan menganggap usianya yang masih belia membuatnya jadi tak tahu apa-apa. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat memberikan saran, masukan, atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih terarah dan dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal.

6.    Disiplin
Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh. Mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah atau menyimpan sesuatu pada tempatnya dengan rapi. Lantaran itu, anak pun perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun, penerapan disiplin mesti fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan/kondisi anak. Anak dengan kondisi lelah, umpamanya, jangan lantas diminta mengerjakan tugas sekolah hanya karena saat itu merupakan waktunya untuk belajar.

7.    Orang tua Konsisten
Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tak boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk. Tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu. Yang penting setiap aturan mesti disertai penjelasan yang bisa dipahami anak, kenapa ini tak boleh, kenapa itu boleh. Lama-lama, anak akan mengerti atau terbiasa mana yang boleh dan tidak. Orang tua juga sebaiknya konsisten. Jangan sampai lain kata dengan perbuatan. Misalnya, ayah atau ibu malah minum air dingin saat sakit batuk.

Pola asuh Ideal
1.    Lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga yang harmonis, hangat dan penuh kasih sayang akan mempengaruhi pola asuh di dalam mendidik anak. Anak yang hidup di dalam keluarga harmonis akan tumbuh menjadi anak dengan kepribadian mandiri, memiliki empati, kasih sayang dan saling menghargai.

2.    Ekonomi
Faktor ekonomi yang mapan akan mempengaruhi emosi orang tua dalam mendidik anak. Ekonomi yang mapan akan membuat orang tua dapat berkonsentrasi membimbing dan mengasuh anak-anaknya dengan baik. Ekonomi yang kurang mapan menuntut orang tua untuk bekerja lebih keras agar kebutuhan keluarga terpenuhi sehingga sering mengabaikan kebutuhan perkembangan anak.

3.    Pendidikan.
Pendidikan yang diperoleh orang tua dapat mempengaruhi pemilihan pola asuh untuk mendidik anak-anaknya. Umumnya, orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberi pendidikan terbaik untuk anaknya melalui jalinan komunikasi yang baik serta mengerti akan kemampuan anak.

4.    Lingkungan di luar keluarga.
Lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal dapat mempengaruhi penerapan pola asuh anak. Orang tua dapat mengikuti pola asuh yang hangat atau demokratis apabila melihat keluarga yang menerapkan pola asuh demokratis memiliki anka dengan kepribadian yang baik






























Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya.


Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,
ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan[4]








BAB III
KESIMPULAN

Pola asuh orangtua itu berjangka tak terbatas, bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Pola asuh anak berpengaruh sekali terhadap pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak, seorang anak akan meniru perilaku dari orangtuanya baik itu bersifat baik ataupun kurang baik. Hal itulah yang nanti akan dibawa anak sampai tua.
Dalam mengasuh anaknya, orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk- bentuk perilaku sosial tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.


















DAFTAR PUSTAKA














[1] Darling (2003:1)
[2] Berk (2000) dalam socialization with in the family (Anonim, 2003:1)
[3] (Hurlock, E,B 2002).
[4] mynameisadams.wordpress.com/2013/02/25/dorothy-law-nolte-anak-belajar-dari-kehidupan/

1 komentar:

  1. Tolong anda jelskan bagaimana pola pengasuhan yang baik pada anak usia dini saat ini, sebagaimana kita ketahui bahwa kemajuan teknologi telah merubah pola pikir dan pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya..

    BalasHapus