MEMUDARNYA
TATA KRAMA DAN SOPAN SANTUN
(IPS
Sebagai Pendidikan Nilai Dan Prilaku Sosial)
Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini Sebagai Pengganti UAS (Ujian Akhir
Semester)
Semester Genap
Tahun 2013 - 2014
Oleh :
Nama :
Wida Nugraha
NIM :
063151111005
PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2014
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Memudarnya
Tatakrama dan Sopan Santun “yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah IPS Untuk Anak Usia
Dini.
Makalah ini berisi tentang memudarnya tatakrama dan sopan santun yang
dipengaruhi oleh budaya luar dan kurangnya kesadaran pemuda tentang tatakrama
ini, sehingga dengan memudarnya tatakrama maka prilaku pemuda semakin merosot.
Maka dari itu untuk mencegahnya ditanamkan dasar-dasar tatakrama.
Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran sebagai penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Sukabumi, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.
Latar Belakang....................................................................................... 1
2.
Rumusan Masalah..................................................................................
1
3.
Tujuan masalah......................................................................................
2
4.
Prosedur Pemecahan Masalah...............................................................
2
5.
Sistematika Masalah..............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1
Apa Itu Tatakrama?..............................................................................
4
2.2
Memudarnya Tatakrama……………………………….......................
5
2.3
Cara Mengatasi Memudarnya Tatakrama ……………………………
9
BAB III
KESIMPULAN.................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Indonesia adalah bangsa
yang besar, yang terkenal akan budayanya yang ramah kepada setiap pendatang.
Negara dimana asas saling menghormati dijunjung tinggi. Inilah negara dimana
orang-orangnya saling toleran dan senan tiasa menjunjung tinggi kebersamaan.
Mungkin itulah gambaran
bangsa Indonesia berabad-abad yang lalu, sehingga bangsa barat ingin menguasai
negara ini, negara yang selain orang-orangnya sopan, juga memiliki sumberdaya
alam yang melimpah. Tapi saat ini
Indonesia berubah seratus delapan puluh derajad, sekarang bangsa ini
mengalami kemunduran yang luar biasa dalam bidang tatakrama dan sopan santun,
yang sebenarnya justru itulah yang seharusnya menjadi ciri khas bangsa
Indonesia ini, kini hilang digerogoti oleh teknologi dan kemajuan zaman.
Indonesia sudah merdeka
sejak tahun 1945, merdeka dari para penjajah, benarkah itu? Kini secara tidak
sadar bangsa ini kembali dijajah, dijajah secara moral sehingga terkikis
kebudayaan-nya, sehingga banyak orang dari bangsa ini lupa akan jati dirinya.
Mereka melupakan kebudayaan dasarnya, yaitu kebudayaan yang bukan hasil karya
semata melainkan hasil dari hati nurani bangsa ini yaitu tatakrama.
Banyak para pemuda saat
ini yang tidak lagi mempeerhatikan masalah tatakrama. Hal ini terbukti dengan
banyaknya para pemuda yang tidak tahu tentang cara bersikap dengan orang secara
baik dan benar, cara bertutur kata yang baik, dan cara berperilaku yang
semestinya dilakukan oleh kawula muda.
Jatidiri bangsa ini
sudah mulai terkikis oleh zaman sehingga menimbulkan dampak yang besar seperti
saat ini. Hal ini diperburuk lagi dengan tidak pedulinya para kawula muda
tentang pentingnya tatakrama dan sopan santun dalam kehidupan, sehingga menjadi
sebuah masalah bagi penerus bangsa selanjutnya. Tata karma tersebut akan
menjadi sebuah contoh buruk bagi anak-anak penerus bangsa saat ini.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membatasi pokok bahasan dalam
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
2.1 Apa Itu Tatakrama?
2.2 Memudarnya
Tatakrama
2.3 Cara
Mengatasi Memudarnya Tatakrama
3.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas,
pembuatan makalah ini bertujuan untuk, mendeskripsikan apa itu tatakrama?, memudarnya tatakrama dan
cara mengatasi memudarnya tatakrama.
4.
Prosedur
Pemecahan Masalah
Pada prosedur pemecahan masalah
digunakan tekhnik pengumpulan data study kepustakaan yang merupakan pengkajian
literatur yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Maka dalam tekhnik
pengumpulan data ini dibutuhkan penguasaan teori, prinsip, konsep dan
hukum-hukum yang berhubungan dengan kajian diatas.
5.
Sistematika
Penulisan
Makalah
ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut
:
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Bab
I Pendahuluan
1.
Latar
belakang
2.
Rumusan
masalah
3.
Tujuan
Penulisan
4.
Prosedur
Pemecahan Masalah
5.
Sistematika
Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB
II
PEMBAHASAN
Diriwayatkan
dari Abu
Hurairah ra. : Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi
orangtuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi
sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau
melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini:
(tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu.
(Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi
sebagian besar manusia tidak mengetahui .
(QS
Ar Rum [30]:30)
Benar
kata pepatah like father like son. Karena apapun yang dilakukan orangtua
adalah pelajaran bagi seorang anak. Apa yang dikatakan, apa yang dilakukan, apa
yang diperbincangkan, dan apa yang menjadi perhatian utama orangtua selalu
dalam radar pantauan anak. Dan anak dengan mudahnya menyerap itu semua.
Bagaimana
orangtua memperlakukan orang lain selalu dicermati oleh anak. Jangan berharap
anak bisa bicara sopan kepada pembantu dan sopir, jika dalam sehari-hari
orangtua sering membentak atau berkata kasar kepada mereka. Jangan berharap
anak bisa bersikap sopan dan santun kepada orang lain, jika orangtua seringkali
mengucapkan kata-kata kasar atau umpatan pada orang lain. Jangan berharap anak
mau menunggu giliran dan menghargai orang lain jika orangtua tidak pernah
memberi kesempatan anak untuk mengeluarkan pendapat. Jadi, berhati-hatilah
dalam mendidik anak karena anak merupakan titipan Allah SWT dan orangtua telah
dipercaya untuk mengemban amanah mulia ini.
2.1 Apa Itu Tatakrama
Tatakrma adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati
dalam lingkungan pergaulan antar manusia
setempat. Tata krama terdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, aturan
, norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan tindakan, perbuatan. Dengan
demikian, tata krama berarti adab sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau sopan santun.
Tatakrma yang
semula berlaku dalam lingkungan terbatas, lama kelamaan dapat merambat
kelingkungan masyarakat yang lebih luas. Banyak manusia yang memiliki jenis
manusia tipe durian, yaitu orang yang penampilannya tidak menarik, kasar, dan
tidak mengundang simpati, namun berhati emas. Hatinya diliputi sifat-sifat
terpuji, seperti rendah hati, suka memaafkan, suka menolong, dan menghargai
orang, serta tidak menyakiti orang lain. Manusia tipe kedong-dong akan dijauhi
orang setelah merasakan betapa asam sifat-sifatnya. Disinilah letak betapa pentingnya tata karma,
orang yang mengenal dan menerapkannya akan melahirkan penampilan yang menarik
seperti kulit kedongdong dan perhatian itu tepancar dari hati seperti isi
durian.
Kapan Mulai Belajar Tatakrama?
Jangan terlambat mulai mengajarkan
tata karma pada anak. Semakin dini kita mulai mengajarkan tata krama pada anak,
semakin mengasah keterampilan sosial anak. Mulailah dari hal-hal kecil yang
paling dekat dengan kehidupan dan aktivitas anak. Jadilah teladan yang baik
bagi anak-anak. Contohkanlah hal-hal yang baik dengan perilaku kita, jika
kita
Usia 2,5 tahun merupakan usia yang
tepat untuk mengenalkan tata karma pada anak, karena pada usia tersebut mereka
sudah mulai bisa diajak berkomunikasi dua arah meski masih dalam konteks
sederhana, dan mereka juga mengalami peningkatan dalam memori. Dan pada usia
2,5 tahun anak sangat senang meniru orang dewasa di lingkungan sekitarnya. Tata
karma sebenarnya sudah mulai dapat diajarkan pada usia sebelumnya. Namun jangan
berharap terlalu banyak, karena pada usia tersebut kemampuan memori anak masih
sangat pendek dan mereka masih disibukkan dengan keterampilan-keterampilan
dasar seperti berjalan dan melompat.
2.2 Memudarnya Tatakrama
Pada dasarnya orang tua sangat berperen
penting dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua pula dituntut untuk mengajarkan
nilai-nilai tersebut. Namun mengajarkan etika tidak bisa dilakukan hanya satu
hari. Hal ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan haris dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal untik
membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan sopan santun. Kebanyakan
dari anak-anak kurang minat mengenai pelajaran yang behubungan dengan sopan
santun dan tatakrama. Anak-anak lebih menyukai pelajaran yang mengandung
tegnologi dan bersifat modern. Situasi yang banyak terjadi adalah ada seorang
anak yang sangat pandai dalam kemampuan akademisnya, namun dalam hal bergaul ia
kurang pandai, bahkan ia lebih suka menyendiri daripada bermain dengan teman-temannya.
Dari hal itubisa kita lihat bahwa orang yang pandai belum tentu pandai dalam
bergaul, uraian di atas hanyalah contoh dalam pergaulan anak dengan
teman-temannya. Bisa dibayangkan bagaimana bila bukan hanya bergaul dengan
teman sebaya, tetapi harus masuk ke lingkungan yang lebih besar yaitu dalam
masyarakat, yang terdiri dari banyak orang dalam berbagai tingkat sosial yang
berbeda-neda dan usia yang berfareasi. Padahal kelak anak tersebut akan
terjun kedalam dunia tersebut.
Inilah suatu gambaran mengenai kurang
pedulinya para pemuda dalam berlaku tatakrama dan sopan santun dalam
kehidupanya. Bila permasalahan tersebut terjadi pada orang yang sudah dewasa
maka akan sangat sulit untuk diperbaiki, lain ceritanya bila sejak kecil
anak-anak sudah diberi pelajaran dan bimbingan mengenai tatak rama dan sopan
santun.
Hal kecil yang sangat disayangkan yaitu
bahwa orang tua semata-mata hanya menyalahkan para pemuda, apabila terjadi
suatu tindakan yang kurang baik maka pemudalah yang akan menjadi kambing
hitanmya. Pada dasarnya semua hal yang terjadi adalah tanggungjawab semua
pihak, yaitu orang tua dan pemuda.
Permasalahan yang sering muncul adalah
banyak dari orang tua yang selalu merasa benar dan selalu ingin dihormati dan
mengabaikan kreaatifitas serta potensi yang dimiliki anak muda. Hal ini
menimbulkan berbagai persoalan khususnya di dunia anak muda. Yang lebih parah
lagi bukan hanya orang tua yang memiliki anggapan buruk, tetapi pemuda pun juga
memiliki anggapanya sendiri. Yaitu bahwa anak muda juga merasa tidak dihargai
dimata orang tua.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang
memicu munculnya para pemuda yang kurang beretika. Dari persoalan tersebut akan
menimbulkan masalah yang lebih besar, yaitu munculnya generasi yang tidak
memiliki nilai tatak rama dan sopan santun serta etika yang baik. Bila hal ini
dipertanyakan kepada kedua belah pihak yaitu antara pemuda dan orang tua, maka
jawabannya akan singkron saling menyalahkan. Sesungguhnya inilah hal
penting yang harus diperhatikan saat ini, yaitu saling menyadari bahwa kita
harus saling menghargai dan menghormati antara pemuda dan orang tua. Bila sikap
saling menghormati dan menghargai dapat dijaga dengan baik, maka akan terjadi suatu
hubungan yang harmonis serasi dan selaras antara orang tua dan
kaum muda.mulai dari sinilah dapat dilanjutkan ketingkat berikutnya
yaitu bersikap sopan santun dan bertata krama dengan baik yang muncul dari hati
dan bukan karena paksaan,bersopan santun dan bertatakrama dengan baik dapat
berjalan apabila timbulnya suatu rasa saling menghargai dan menghormati antara
sesama. Hal inilah yang bisa kita laksanakan dikehidupan kita sehari-hari.
Dampak dengan tidak adanya sopan santun
dan tatakrama dapat menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks. Sebagai mana
disebutkan diatas tadi, yaitu bahwa bangsa Indonesia memiliki kepribadian yang
luhur yang terkenal akan keramah tamahannya. Bila hal ini ditanyakan pada saat
ini maka akan sangat sulit untuk menjawabnya. Apakah bangsa ini masih merupakan
bangsa yang disebutkan diatas tadi.
Faktor eksternal terealisasi dalam
kondisi sekarang yang secara realita kebudayaan terus berubah karena masuknya
budaya barat yang akan sulit mempertahankan kesopanan disemua keadaan ataupun
disemua tempat.
Perubahan tersebut mengalami dekadensi
karena berbedanya kebudayaan barat dengan kebudayaan kita. Misalnya saja sopan
santun dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya
memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri
panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya lebih tua dari
kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu. Kemudian sopan santun dalam
berpakaian, diluar negeri orang yang berpakaian bikini dipantai bagi mereka
wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap
tidak sesuai dengan norma kesopanan.
Selanjutnya Sopan santun dalam bergaul,
dibarat jika kita bertemu teman yang berlawanan jenis kita boleh mencium
bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut sangat bertentangan dengan
kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak tersaring sepenuhnya
menyebabkan lunturnya tata karma dan sopan santun.
Sedangkan faktor internalnya ada pada
diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat nongkrong, lingkungan sekolah,
ataupun media massa. Pengetahuan tentang sopan santun yang didapat disekolah
mungkin sudah cukup tapi dilingkungan keluarga ataupun tempat tongkrongan dan
media massa kurang mendukung tindakan sopan disemua tempat ataupun sebaliknya,
sehingga membuat tindakan sopan yang dilakukan oleh anak-anak atau pun remaja
hanya dalam kondisi tertentu. Misalnya penyebutan nama bagi yang umurnya lebih
tua masih dianggap tidak sopan sehingga mereka memanggil mas, bang, aa, teteh ataupun
yang lain. Sedangkan dalam berpakaian ataupun yang lain kurang diperhatikan.
Kita sendiri tak memungkiri keadaan tersebut , kondisi lingkungan yang kurang
peduli terhadap kesopanan, sehingga akhirnya pada saat-saat tertentu saja kita
sopan. Seperti disekolah, ditempat kuliah, ataupun di tempat-tempat formal yang
lainnya.
Keadaan ini seharusnya jangan sampai
terjadi karena lama kelamaan akan menimbulkan hilangnya kebudayaan kita dan
mungkin akhirnya kita tidak mempunyai kebudayaan sendiri.
Fakta lain yang menunjukkan menurunnya
tingkat kesopanan remaja di Indonesia adahal seperti halnya zaman dahulu, para
remaja sangatlah sopan terhadap orang yang lebih tua. Mereka harus berlutut
atau dalam bahasa jawa “sungkem”
jika sedang berhadapan dengan orang yang lebih tua. Para remaja sangat hormat
dan tunduk kepada orang tua dan hal tersebut membuktikan bahwa para remaja
sangatlah sopan terhadap orang tua. Tetapi sangatlah berbeda dengan zaman
sekarang. Kebanyakan remaja berlaku tidak sopan terhadap orang yang lebih tua.
Melawan ketika dinasihati, memotong pembicaraan, membiarkan berdiri sedangkan
ia tetap memilih duduk dikursi dalam angkutan umum, dan masih banyak lagi
lainnya.
Secara tidak langsung dengan kurangnya
kita bersopan santun dan bertatakrama, jati diri kita sebagai bangsa indonesia
sudah mulai luntur. Inilah masalah besar yang timbul dari hal sepele, perkara
yang seharusnya kita perhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya
diajarkan oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa ini yang
masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak lagi orang-orang
yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan santun tersebut. Inilah
persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan bangsa indonesia saat ini.
“Krisis jati diri” mungkin itu kata yang tepat untuk menyebutkan situasi bangsa
Indonesia saat ini. Sebenarnya kata itu sangat menyakitkan hati bagi
oarang-orang yang mau berfikir.
Bangsa ini merupakan bangsa yang
berbudaya, namun bangsa ini kini telah
kehilangan jatu dirinya. Bangsa yang dulu hebat karena budayanya, kini telah
rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang menimbulkan masalah yang lebih
besar dan mengerikan.
2.3 Cara Mengatasi Memudarnya Tatakrama
Untuk
mengatasi memudarnya tatakrama, maka kita harus tau dasar tata krama itu
seperti apa, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati dirinya. Tentu ada banyak tata krama yang
harus diajarkan pada anak. Menurut Dr. Dave M.D., dan Dr.
Dee Ph.D [1].
Ada 10 dasar tata karma yang sebaiknya orangtua tanamkan pada anak sejak dini
adalah:
1.
Menunggu
giliran bicara dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengarkan dengan
penuh perhatian saat si kecil bicara dan jangan memotong pembicaraannya.
Ajarkan anak untuk bertanya setelah orang lain selesai berbicara.
2.
Memanggil
dengan nama yang baik. Memanggil nama bukan sebenarnya, misalnya ‘si pemalu’,
‘si kerempeng’, dan ‘si hitam’, meski hanya untuk bercanda, bisa menggangu dan
menyakiti perasaaan orang lain.
3.
Menyapa
tamu yang berkunjung ke rumah. Ajarkan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
dalam keluarga Anda tentang bagaimana menyambut tamu, apakah dengan mengucapkan
salam disertai mencium tangan, atau hanya sekedar mengucapkan salam saja pada
tamu yang berkunjung ke rumah.
4.
Mengucapkan
4 KATA HORMAT: ‘Silahkan’, ‘Tolong’, ‘Maaf’, dan ‘Terima kasih’ sebagai bentuk
penghormatan dan penghargaan pada orang lain. ‘Silahkan’ diucapkan untuk
memberi kesempatan pada orang lain dengan sopan, sedangkan kata ‘Tolong’
diucapkan saat kita membutuhkan pertolongan orang lain. ‘Terimakasih’ diucapkan
saat kita menerima bentuk apapun bantuan dari oarng lain. Selanjutnya, jika
orang lain berterimakasih pada kita, biasakan mengucap ‘Terima kasih kembali’.
Sementara kata ‘Maaf’ diucapkan saat melakukan kesalahan pada orang lain.
5.
Bertanggung
jawab untuk selalu bersih. Di manapun kita berada, di rumah sendiri, di rumah
orang lain, atau dimanapun, harus selalu bertanggung jawab membersihkan semua
barang yang dipakai setelah aktivitas. Memulainya dalam keadaan bersih, maka
setelah selesai pun harus bersih.
6.
Sportif.
Dalam permainan menang kalah pasti ada, seperti halnya ketika bermain bola,
kartu, suit-suitan. Ajari anak untuk tetap bersikap rendah hati dan tidak pamer
saat menang, dan tidak marah atau ngambek saat kalah.
7.
Menanggapi
pendapat orang dengan besar hati. Jika seseorang memuji, ajarkan anak untuk
mengucapkan terimakasih dan tidak besar kepala. Demikian juga sebaliknya,
kritikan dari orang lain tidak ditanggapi dengan penuh kesedihan tapi dengan besar
hati.
8.
Membukakan
pintu untuk orang lain. Bantuan kecil seperti itu mempunyai arti yang mendalam
bagi orang lain, terutama bagi orang-orang yang sudah lanjut usia dan orang
sakit. Ajarkan juga pada anak untuk mengucap terimakasih jika ada orang lain
yang melakukan hal tersebut pada kita.
9.
Etika
keluar-masuk. Sebelum memasuki ruangan, gedung, atau lift, ajarkan anak untuk
membiarkan orang-orang dalam ruangan untuk keluar terlebih dahulu. Baru
kemudian kita masuk.
10. Menghargai perbedaan. Tunjukkan pada
anak bahwa di luar keluarga kita terdapat bermacam-macam perbedaan seperti
KESUKAAN, hobi dan lain sebagainya. Ajarkan anak untuk menghargai berbagai
perbedaan tersebut.
Pelajaran tata karma adalah
pelajaran seumur hidup, karena tata karma adalah satu hal yang selalu harus
kita miliki dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada kata sulit kalau kita mau
berusaha.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tatakrma adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati
dalam lingkungan pergaulan antar manusia
setempat. Tentang memudarnya tatakrama itu
merupakan dampak dari tidak adanya sopan santun dan tatakrma dalam kehidupan, maka
dari itu kita harus selalu memupuk rasa saling menghormati dan menghargai untuk
menimbulkan rasa bersopan santun dan tatakrama antar sesama serta menjalankan
dan mengajarkan dasar tatakrama sejak dini agar penerus bangsa kita selanjutnya
mempunyai etika, sopan santun dan tatakrama, dan mengembalikan Indonesia yang
dikenal sebagai Negara yang ramah kepada setiap pendatang, Negara dimana asas
saling menghormati dijunjung tinggi. Inilah negara dimana orang-orangnya saling
toleran dan senan tiasa menjunjung tinggi kebersamaan.
DAFTAR
PUSTAKA
¯ infodiknas.com/%E2%80%9Csopan-santun%E2%80%9D-sebuah-budaya-yang-terlupakan.html
(diambil 29 juni 2014)
¯ mahfudzcb.wordpress.com/2010/06/03/tatakrama-dan-sopan-santun/
(diambil 29 juni 2014
¯ id-id.facebook.com/notes/yuk-jadi-orangtua-shalih/10-tata-krama-utama-pada
anak/452523770699?comment_id=13669620&offset=0&total_comments=12 (diambil 29 juni 2014)