Senin, 30 Juni 2014

Makalah IPS Memudarnya Tatakrama dan sopan Santun


MEMUDARNYA TATA KRAMA DAN SOPAN SANTUN
(IPS Sebagai Pendidikan Nilai Dan Prilaku Sosial)

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini Sebagai Pengganti UAS (Ujian Akhir Semester)
Semester Genap
Tahun 2013 - 2014






Oleh    :
Nama                           : Wida Nugraha
NIM                            : 063151111005



PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
           UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2014

KATA PENGANTAR


Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Memudarnya Tatakrama dan Sopan Santun “yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini.
Makalah ini berisi tentang memudarnya tatakrama dan sopan santun yang dipengaruhi oleh budaya luar dan kurangnya kesadaran pemuda tentang tatakrama ini, sehingga dengan memudarnya tatakrama maka prilaku pemuda semakin merosot. Maka dari itu untuk mencegahnya ditanamkan dasar-dasar tatakrama.
Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

Sukabumi, Juni 2014
                                                                                                             Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii 
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.      Latar Belakang....................................................................................... 1
2.      Rumusan Masalah.................................................................................. 1
3.      Tujuan masalah...................................................................................... 2
4.      Prosedur Pemecahan Masalah............................................................... 2
5.      Sistematika Masalah.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1    Apa Itu Tatakrama?.............................................................................. 4
2.2    Memudarnya Tatakrama………………………………....................... 5
2.3    Cara Mengatasi Memudarnya Tatakrama …………………………… 9

BAB III KESIMPULAN.................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12



 BAB 1
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang besar, yang terkenal akan budayanya yang ramah kepada setiap pendatang. Negara dimana asas saling menghormati dijunjung tinggi. Inilah negara dimana orang-orangnya saling toleran dan senan tiasa menjunjung tinggi kebersamaan.
Mungkin itulah gambaran bangsa Indonesia berabad-abad yang lalu, sehingga bangsa barat ingin menguasai negara ini, negara yang selain orang-orangnya sopan, juga memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Tapi saat ini  Indonesia berubah seratus delapan puluh derajad, sekarang bangsa ini mengalami kemunduran yang luar biasa dalam bidang tatakrama dan sopan santun, yang sebenarnya justru itulah yang seharusnya menjadi ciri khas bangsa Indonesia ini, kini hilang digerogoti oleh teknologi dan kemajuan zaman.
Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945, merdeka dari para penjajah, benarkah itu? Kini secara tidak sadar  bangsa ini kembali dijajah, dijajah secara moral sehingga terkikis kebudayaan-nya, sehingga banyak orang dari bangsa ini lupa akan jati dirinya. Mereka melupakan kebudayaan dasarnya, yaitu kebudayaan yang bukan hasil karya semata melainkan hasil dari hati nurani bangsa ini yaitu tatakrama.
Banyak para pemuda saat ini yang tidak lagi mempeerhatikan masalah tatakrama. Hal ini terbukti dengan banyaknya para pemuda yang tidak tahu tentang cara bersikap dengan orang secara baik dan benar, cara bertutur kata yang baik, dan cara berperilaku yang semestinya dilakukan oleh kawula muda.
Jatidiri bangsa ini sudah mulai terkikis oleh zaman sehingga menimbulkan dampak yang besar seperti saat ini. Hal ini diperburuk lagi dengan tidak pedulinya para kawula muda tentang pentingnya tatakrama dan sopan santun dalam kehidupan, sehingga menjadi sebuah masalah bagi penerus bangsa selanjutnya. Tata karma tersebut akan menjadi sebuah contoh buruk bagi anak-anak penerus bangsa saat ini.

2.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
2.1  Apa Itu Tatakrama?
2.2  Memudarnya Tatakrama
2.3  Cara Mengatasi Memudarnya Tatakrama



3.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas, pembuatan makalah ini bertujuan untuk, mendeskripsikan apa itu tatakrama?, memudarnya tatakrama dan cara mengatasi memudarnya tatakrama.

4.    Prosedur Pemecahan Masalah
Pada prosedur pemecahan masalah digunakan tekhnik pengumpulan data study kepustakaan yang merupakan pengkajian literatur yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Maka dalam tekhnik pengumpulan data ini dibutuhkan penguasaan teori, prinsip, konsep dan hukum-hukum yang berhubungan dengan kajian diatas.

5.    Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut          :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.      Latar belakang
2.      Rumusan masalah
3.      Tujuan Penulisan
4.      Prosedur Pemecahan Masalah
5.      Sistematika Penulisan
      Bab II Pembahasan
      Bab III Kesimpulan
      Daftar Pustaka











BAB II
PEMBAHASAN


Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. : Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orangtuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini: (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui .
(QS Ar Rum [30]:30)

Benar kata pepatah like father like son. Karena apapun yang dilakukan orangtua adalah pelajaran bagi seorang anak. Apa yang dikatakan, apa yang dilakukan, apa yang diperbincangkan, dan apa yang menjadi perhatian utama orangtua selalu dalam radar pantauan anak. Dan anak dengan mudahnya menyerap itu semua.
Bagaimana orangtua memperlakukan orang lain selalu dicermati oleh anak. Jangan berharap anak bisa bicara sopan kepada pembantu dan sopir, jika dalam sehari-hari orangtua sering membentak atau berkata kasar kepada mereka. Jangan berharap anak bisa bersikap sopan dan santun kepada orang lain, jika orangtua seringkali mengucapkan kata-kata kasar atau umpatan pada orang lain. Jangan berharap anak mau menunggu giliran dan menghargai orang lain jika orangtua tidak pernah memberi kesempatan anak untuk mengeluarkan pendapat. Jadi, berhati-hatilah dalam mendidik anak karena anak merupakan titipan Allah SWT dan orangtua telah dipercaya untuk mengemban amanah mulia ini.



2.1 Apa Itu Tatakrama
Tatakrma  adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam  lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Tata krama terdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, aturan , norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan tindakan, perbuatan. Dengan demikian, tata krama berarti adab sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau  sopan santun.
Tatakrma yang semula berlaku dalam lingkungan terbatas, lama kelamaan dapat merambat kelingkungan masyarakat yang lebih luas. Banyak manusia yang memiliki jenis manusia tipe durian, yaitu orang yang penampilannya tidak menarik, kasar, dan tidak mengundang simpati, namun berhati emas. Hatinya diliputi sifat-sifat terpuji, seperti rendah hati, suka memaafkan, suka menolong, dan menghargai orang, serta tidak menyakiti orang lain. Manusia tipe kedong-dong akan dijauhi orang setelah merasakan betapa asam sifat-sifatnya. Disinilah letak betapa pentingnya tata karma, orang yang mengenal dan menerapkannya akan melahirkan penampilan yang menarik seperti kulit kedongdong dan perhatian itu tepancar dari hati seperti isi durian.

Kapan Mulai Belajar Tatakrama?
Jangan terlambat mulai mengajarkan tata karma pada anak. Semakin dini kita mulai mengajarkan tata krama pada anak, semakin mengasah keterampilan sosial anak. Mulailah dari hal-hal kecil yang paling dekat dengan kehidupan dan aktivitas anak. Jadilah teladan yang baik bagi anak-anak. Contohkanlah hal-hal yang baik dengan perilaku kita, jika kita 
Usia 2,5 tahun merupakan usia yang tepat untuk mengenalkan tata karma pada anak, karena pada usia tersebut mereka sudah mulai bisa diajak berkomunikasi dua arah meski masih dalam konteks sederhana, dan mereka juga mengalami peningkatan dalam memori. Dan pada usia 2,5 tahun anak sangat senang meniru orang dewasa di lingkungan sekitarnya. Tata karma sebenarnya sudah mulai dapat diajarkan pada usia sebelumnya. Namun jangan berharap terlalu banyak, karena pada usia tersebut kemampuan memori anak masih sangat pendek dan mereka masih disibukkan dengan keterampilan-keterampilan dasar seperti berjalan dan melompat.

2.2 Memudarnya Tatakrama
Pada dasarnya orang tua sangat berperen penting dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua pula dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut. Namun mengajarkan etika tidak bisa dilakukan hanya satu hari. Hal ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan haris dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal untik membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan sopan santun. Kebanyakan dari anak-anak kurang minat mengenai pelajaran yang behubungan dengan sopan santun dan tatakrama. Anak-anak lebih menyukai pelajaran yang mengandung tegnologi dan bersifat modern. Situasi yang banyak terjadi adalah ada seorang anak yang sangat pandai dalam kemampuan akademisnya, namun dalam hal bergaul ia kurang pandai, bahkan ia lebih suka menyendiri daripada bermain dengan teman-temannya. Dari hal itubisa kita lihat bahwa orang yang pandai belum tentu pandai dalam bergaul, uraian di atas hanyalah contoh dalam pergaulan anak dengan teman-temannya. Bisa dibayangkan bagaimana bila bukan hanya bergaul dengan teman sebaya, tetapi harus masuk ke lingkungan yang lebih besar yaitu dalam masyarakat, yang terdiri dari banyak orang dalam berbagai tingkat sosial yang berbeda-neda  dan usia yang berfareasi. Padahal kelak anak tersebut akan terjun kedalam dunia tersebut.
Inilah suatu gambaran mengenai kurang pedulinya para pemuda dalam berlaku tatakrama dan sopan santun dalam kehidupanya. Bila permasalahan tersebut terjadi pada orang yang sudah dewasa maka akan sangat sulit untuk diperbaiki, lain ceritanya bila sejak kecil anak-anak sudah diberi pelajaran dan bimbingan mengenai tatak rama dan sopan santun.
Hal kecil yang sangat disayangkan yaitu bahwa orang tua semata-mata hanya menyalahkan para pemuda, apabila terjadi suatu tindakan yang kurang baik maka pemudalah yang akan menjadi kambing hitanmya. Pada dasarnya semua hal yang terjadi adalah tanggungjawab semua pihak, yaitu orang tua dan pemuda.
Permasalahan yang sering muncul adalah banyak dari orang tua yang selalu merasa benar dan selalu ingin dihormati dan mengabaikan kreaatifitas serta potensi yang dimiliki anak muda. Hal ini menimbulkan berbagai persoalan khususnya di dunia anak muda. Yang lebih parah lagi bukan hanya orang tua yang memiliki anggapan buruk, tetapi pemuda pun juga memiliki anggapanya sendiri. Yaitu bahwa anak muda juga merasa tidak dihargai dimata orang tua.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang memicu munculnya para pemuda yang kurang beretika. Dari persoalan tersebut akan menimbulkan masalah yang lebih besar, yaitu munculnya generasi yang tidak memiliki nilai tatak rama dan sopan santun serta etika yang baik. Bila hal ini dipertanyakan kepada kedua belah pihak yaitu antara pemuda dan orang tua, maka jawabannya akan singkron  saling menyalahkan. Sesungguhnya inilah hal penting yang harus diperhatikan saat ini, yaitu saling menyadari bahwa kita harus saling menghargai dan menghormati antara pemuda dan orang tua. Bila sikap saling menghormati dan menghargai dapat dijaga dengan baik, maka akan terjadi suatu hubungan yang harmonis serasi dan selaras antara orang tua dan kaum muda.mulai dari sinilah dapat dilanjutkan ketingkat berikutnya yaitu bersikap sopan santun dan bertata krama dengan baik yang muncul dari hati dan bukan karena paksaan,bersopan santun dan bertatakrama dengan baik dapat berjalan apabila timbulnya suatu rasa saling menghargai dan menghormati antara sesama. Hal inilah yang bisa kita laksanakan dikehidupan kita sehari-hari.
Dampak dengan tidak adanya sopan santun dan tatakrama dapat menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks. Sebagai mana disebutkan diatas tadi, yaitu bahwa bangsa Indonesia memiliki kepribadian yang luhur yang terkenal akan keramah tamahannya. Bila hal ini ditanyakan pada saat ini maka akan sangat sulit untuk menjawabnya. Apakah bangsa ini masih merupakan bangsa yang disebutkan diatas tadi.
Faktor eksternal terealisasi dalam kondisi sekarang yang secara realita kebudayaan terus berubah karena masuknya budaya barat yang akan sulit mempertahankan kesopanan disemua keadaan ataupun disemua tempat.
Perubahan tersebut mengalami dekadensi karena berbedanya kebudayaan barat dengan kebudayaan kita. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, diluar negeri orang yang berpakaian bikini dipantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan.
Selanjutnya Sopan santun dalam bergaul, dibarat jika kita bertemu teman yang berlawanan jenis kita boleh mencium bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut sangat bertentangan dengan kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak tersaring sepenuhnya menyebabkan lunturnya tata karma dan sopan santun.
Sedangkan faktor internalnya ada pada diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa. Pengetahuan tentang sopan santun yang didapat disekolah mungkin sudah cukup tapi dilingkungan keluarga ataupun tempat tongkrongan dan media massa kurang mendukung tindakan sopan disemua tempat ataupun sebaliknya, sehingga membuat tindakan sopan yang dilakukan oleh anak-anak atau pun remaja hanya dalam kondisi tertentu. Misalnya penyebutan nama bagi yang umurnya lebih tua masih dianggap tidak sopan sehingga mereka memanggil mas, bang, aa, teteh ataupun yang lain. Sedangkan dalam berpakaian ataupun yang lain kurang diperhatikan. Kita sendiri tak memungkiri keadaan tersebut , kondisi lingkungan yang kurang peduli terhadap kesopanan, sehingga akhirnya pada saat-saat tertentu saja kita sopan. Seperti disekolah, ditempat kuliah, ataupun di tempat-tempat formal yang lainnya.
Keadaan ini seharusnya jangan sampai terjadi karena lama kelamaan akan menimbulkan hilangnya kebudayaan kita dan mungkin akhirnya kita tidak mempunyai kebudayaan sendiri.
Fakta lain yang menunjukkan menurunnya tingkat kesopanan remaja di Indonesia adahal seperti halnya zaman dahulu, para remaja sangatlah sopan terhadap orang yang lebih tua. Mereka harus berlutut atau dalam bahasa jawa “sungkem” jika sedang berhadapan dengan orang yang lebih tua. Para remaja sangat hormat dan tunduk kepada orang tua dan hal tersebut membuktikan bahwa para remaja sangatlah sopan terhadap orang tua. Tetapi sangatlah berbeda dengan zaman sekarang. Kebanyakan remaja berlaku tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Melawan ketika dinasihati, memotong pembicaraan, membiarkan berdiri sedangkan ia tetap memilih duduk dikursi dalam angkutan umum, dan masih banyak lagi lainnya.
Secara tidak langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan bertatakrama, jati diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai luntur. Inilah masalah besar yang timbul dari hal sepele, perkara yang seharusnya kita perhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya diajarkan oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa ini yang masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak lagi orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan santun tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan bangsa indonesia saat ini. “Krisis jati diri” mungkin itu kata yang tepat untuk menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya kata itu sangat menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau berfikir.
Bangsa ini merupakan bangsa yang berbudaya,  namun bangsa ini kini telah kehilangan jatu dirinya. Bangsa yang dulu hebat karena budayanya, kini telah rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang menimbulkan masalah yang lebih besar dan mengerikan.



2.3 Cara Mengatasi Memudarnya Tatakrama
Untuk mengatasi memudarnya tatakrama, maka kita harus tau dasar tata krama itu seperti apa, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati dirinya. Tentu ada banyak tata krama yang harus diajarkan pada anak. Menurut Dr. Dave M.D., dan Dr. Dee Ph.D [1]. Ada 10 dasar tata karma yang sebaiknya orangtua tanamkan pada anak sejak dini adalah:
1.    Menunggu giliran bicara dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengarkan dengan penuh perhatian saat si kecil bicara dan jangan memotong pembicaraannya. Ajarkan anak untuk bertanya setelah orang lain selesai berbicara.
2.    Memanggil dengan nama yang baik. Memanggil nama bukan sebenarnya, misalnya ‘si pemalu’, ‘si kerempeng’, dan ‘si hitam’, meski hanya untuk bercanda, bisa menggangu dan menyakiti perasaaan orang lain.
3.    Menyapa tamu yang berkunjung ke rumah. Ajarkan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga Anda tentang bagaimana menyambut tamu, apakah dengan mengucapkan salam disertai mencium tangan, atau hanya sekedar mengucapkan salam saja pada tamu yang berkunjung ke rumah.
4.    Mengucapkan 4 KATA HORMAT: ‘Silahkan’, ‘Tolong’, ‘Maaf’, dan ‘Terima kasih’ sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pada orang lain. ‘Silahkan’ diucapkan untuk memberi kesempatan pada orang lain dengan sopan, sedangkan kata ‘Tolong’ diucapkan saat kita membutuhkan pertolongan orang lain. ‘Terimakasih’ diucapkan saat kita menerima bentuk apapun bantuan dari oarng lain. Selanjutnya, jika orang lain berterimakasih pada kita, biasakan mengucap ‘Terima kasih kembali’. Sementara kata ‘Maaf’ diucapkan saat melakukan kesalahan pada orang lain.
5.    Bertanggung jawab untuk selalu bersih. Di manapun kita berada, di rumah sendiri, di rumah orang lain, atau dimanapun, harus selalu bertanggung jawab membersihkan semua barang yang dipakai setelah aktivitas. Memulainya dalam keadaan bersih, maka setelah selesai pun harus bersih.
6.    Sportif. Dalam permainan menang kalah pasti ada, seperti halnya ketika bermain bola, kartu, suit-suitan. Ajari anak untuk tetap bersikap rendah hati dan tidak pamer saat menang, dan tidak marah atau ngambek saat kalah.
7.    Menanggapi pendapat orang dengan besar hati. Jika seseorang memuji, ajarkan anak untuk mengucapkan terimakasih dan tidak besar kepala. Demikian juga sebaliknya, kritikan dari orang lain tidak ditanggapi dengan penuh kesedihan tapi dengan besar hati.
8.    Membukakan pintu untuk orang lain. Bantuan kecil seperti itu mempunyai arti yang mendalam bagi orang lain, terutama bagi orang-orang yang sudah lanjut usia dan orang sakit. Ajarkan juga pada anak untuk mengucap terimakasih jika ada orang lain yang melakukan hal tersebut pada kita.
9.    Etika keluar-masuk. Sebelum memasuki ruangan, gedung, atau lift, ajarkan anak untuk membiarkan orang-orang dalam ruangan untuk keluar terlebih dahulu. Baru kemudian kita masuk.
10.  Menghargai perbedaan. Tunjukkan pada anak bahwa di luar keluarga kita terdapat bermacam-macam perbedaan seperti KESUKAAN, hobi dan lain sebagainya. Ajarkan anak untuk menghargai berbagai perbedaan tersebut.

Pelajaran tata karma adalah pelajaran seumur hidup, karena tata karma adalah satu hal yang selalu harus kita miliki dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada kata sulit kalau kita mau berusaha.








BAB III
KESIMPULAN


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tatakrma  adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam  lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Tentang memudarnya tatakrama itu merupakan dampak dari tidak adanya sopan santun dan tatakrma dalam kehidupan, maka dari itu kita harus selalu memupuk rasa saling menghormati dan menghargai untuk menimbulkan rasa bersopan santun dan tatakrama antar sesama serta menjalankan dan mengajarkan dasar tatakrama sejak dini agar penerus bangsa kita selanjutnya mempunyai etika, sopan santun dan tatakrama, dan mengembalikan Indonesia yang dikenal sebagai Negara yang ramah kepada setiap pendatang, Negara dimana asas saling menghormati dijunjung tinggi. Inilah negara dimana orang-orangnya saling toleran dan senan tiasa menjunjung tinggi kebersamaan.
















DAFTAR PUSTAKA


¯  mahfudzcb.wordpress.com/2010/06/03/tatakrama-dan-sopan-santun/ (diambil 29 juni 2014




[1] Dalam Advice with Dr. Dave and Dr. Dee, yang dirangkum dalam parents guide